Senin, 20 Agustus 2018

Liburan dadakan

Yang dadakan selalu jadi! Sering banget kayak gini. Sepertinya ini bukan yang pertama kali ya saya ngomong begini. Kemarin Minggu rencananya mau pergi ke kondangan salah satu teman kuliah, Ellena. Nikahan di Ambarawa, nggak begitu jauh dari Jogja. Dibela belain datang karena Ellena ini adalah salah satu teman seperjuangan dari koas sih. Kita nggak satu kelompok BST memang, tapi kursi gigi kita dari awal masuk koas selalu tetanggaan satu lorong. Dan saat mau ujian kompre sama ukmp kemarin, dia jadi teman galau berjuang di detik detik akhir koas. Dari makan bareng sampe tidur bareng, dari melek bangun sampe mau tidur lagi, dari degdegan mau ujian sampe nangis bareng setelah pengumuman ujian. Barbie jowo ini akhirnya nikah sama pacarnya yang udah dipacarin selama 11 tahun dan selama kuliah 7 tahun mereka LDR. Gileee bahagia kan akhirnya nikah juga.
Saya berangkat dengan rombongan berlima naik mobil. Tadinya mau nginep di Ambarawa tapi nggak jadi. Pagi – pagi jam 6 saya sudah dibangunin berkali kali, padahal saya baru bisa tidur sehabis subuh. Dan beberapa hari sebelumnya baru aja sakit. Jam 7 dijemput, niatnya mau tidur di perjalanan tapi nggak bisa. Maklumlah di dalam mobil rombongan diisi manusia manusia bermulut toa semua, kecuali satu orang.
Orang pertama, Fika. Kalo kata Puy, si supir cantik Jogja Semarang. Kayak judul ftv. Dia yang punya mobil, dia yang jemput, dia yang nyetir. Luar biasa kan? Dia punya teman nggak tahu diri semua. Hahaha. Demi nyupirin kita, dia sampe nggak tidur semaleman. Kalo ini sih karena dia sendiri yang marathon drakor. Wajahnya galak, tapi hatinya baik. Siapin aja kacamata sama jaket buat dia nyupir, Aman dah tuh kulitnya ngga gosong.
Orang kedua, Clara aka Mba La. Kakak kelas yang udah ngga ada harga dirinya di depan adek kelas, kata dia sendiri hehehe. Wanita yang klo ngomong sama temen nadanya 18 oktaf. Tapi klo ngomong sama dosen nadanya jadi setengah oktaf. Kayak bisik bisik, hahaha. LCB KWnya AMC. Paling rempong masalah dandan, paling narsis foto foto. Foto dokumentasi kita jadi banyak kan karna dia selalu bilang “ayo foto!” sampe dia ngerasa puas. Klo dia tidur suasana jadi hening, makanya kita selalu cari cara biar dia ngga tidur.
Orang ketiga, Puy. Adek kelas kita sih dia ini. Sukanya dibully, emang dia yang pengen. Cocoklah ramenya sama Mba La. Gadis Sunda yang ngga ada kalem kalemnya, suka jayus, suka peres, suka main tebak tebakan ngga jelas, suka sok imut apalagi klo dia lagi ngaku kelahiran tahun 95. Hahaha. Padahal disini mah semua udah tua tua dan dia cuma dibawah kita setahun doang.
Orang keempat, Rexsy aka Reku. Laki laki sendiri diantara empat wanita rempong. Tapi dia bukan laki laki menyimpang kok, hahaha. Kadang kasian liat dia sabar nungguin kita dandan, fotoin kita pake hpnya, dipaksa Puy jawab tebak tebakan, senyum senyum sambil geleng kepala doang klo denger kita berisik bahas Korea. Dia klo ngomong irit tenaga sama volume. Bibirnya kayak ngga buka dan volumenya kecil banget, Fika suka gemes klo lagi ngomong sama Reku trus bilang “tolong dong kamu klo ngomong pake TOA biar aku bisa denger”. Apalagi klo ngomong sama Mba La, wah kebanting banget suaranya.
Orang kelima, saya. Nah klo itu ngga perlu dijelasin ya. Saya hanya terkontaminasi manusia manusia di atas tadi kok hahaha.
Ok, jadi setelah dari kondangan Ellena Kita memutuskan untuk ngga langsung pulang melainkan jalan jalan dulu. Setelah ganti baju di pom bensin, masih dengan makeup ala kondangan tadi Kita mampir ke Cimory buat foto foto sama belanja. Puas di Cimory kita lanjut mampir ke Artos di jalan pulang. Setelah keliling bentar, dan kelaperan lagi, sekalian makan deh tuh di Artos. Habis makan dan sudah merasa capek, barulah Kita balik ke Jogja. Tiba di Kos jam 8 malam. Oke 13 jam bersama mereka berarti. 
13 jam yang ngga bikin kerasa ngantuk walaupun kurang tidur. 13 jam yang ngga bikin inget klo baru aja sembuh. 13 jam yang nanti wacananya mau diagendakan lagi secepat mungkin sebelum mereka sumpahan bulan depan. Yap, mereka sumpahannya barengan.
Jadi begitulah liburan singkat dan dadakan ala genk lajang, karena kita belum ada yang nikah coyy. Ada yang masih sibuk LDR, ada yang sibuk jelasin status, ada yang masih sibuk galau, tapi semuanya jadi lupa kalau kita lagi ngumpul. Ditunggu aja cerita keseruan kita kalau kumpul kumpul lagi ya, semoga nggak sekedar wacana. Hehehe.


Dokumentasi:









Minggu, 12 Agustus 2018

Perasaan yang diwakilkan..

Kau tahu betapa malangnya nasib menjadi aku? Dicaci disana sini. Hanya Karena aku mematahkan hati. Mereka padahal tak tahu bahwa hati yang kupatahkan itu telah lebih dulu memporak porandakan hatiku. Bukan berniat membalas dendam, bagaimana bisa aku sejahat itu, tidak. Aku hanya berusaha untuk tidak terlalu dalam lagi terlibat dengan sesuatu yang menghancurkanku secara perlahan. Maka aku harus pergi menyelamatkan diri, Dan satu satunya cara adalah dengan mematahkan hati tadi.
Dewasa ini banyak orang yang berperan layaknya korban bukan? Padahal dia tersangka utamanya. Begitulah yang terjadi padaku. Semua orang menganggap aku manusia tak punya hati, tak tahu diri, tak berbudi, Dan ingin enak sendiri. Padahal mereka tidak tahu aku pun tersiksa disini.
Begini, kalau menjalin hubungan dengan seseorang bukankah harus dilandasi rasa saling menyukai, menyayangi dan mencintai? Apa jadinya kalau hanya Salah satu yang mengambil peran? Biar kusederhanakan, maksudku apa jadinya jika dalam hubungan ini aku tidak lagi mencintai? Jangan langsung menghakimi, aku juga tidak tahu awal mulanya aku kehilangan rasa. Semua terjadi begitu saja. Bahkan sebenarnya hal itu juga tidak aku inginkan. Dulu aku begitu mencintainya, jauh lebih besar Dari cinta yang dia punya. Tapi keadaan berubah. Bukan karena orang ketiga, sudah aku katakan aku juga tidak tahu karena apa.
Aku sudah membuat dia memiliki cinta yang begitu dalam padaku. Tak tega rasanya setiap Kali mendengar dia mengatakan I Love You, kujawab saja I Love You Too. Walaupun ada perasaan lain di hatiku, seperti teriris. Aku berbohong lagi, ntah untuk yang keberapa Kali.
Kuharap semakin hari aku bisa menumbuhkan kembali cinta itu, bahkan aku sudah memberi diriku sendiri kesempatan untuk memperbaikinya. Tapi bukannya membaik, malah semakin memburuk. Rasanya sakit sekali hati ini setiap hari harus berbohong kepadanya. Kuberikan senyum termanis, kuberikan pelukan hangat, kuberikan janji terindah, tapi hatiku menangis nelangsa. Dia bahkan Tak menyadari itu. Lalu aku harus bagaimana?
Aku tahu bagaimana pun semua harus ditegaskan. Semua harus dijelaskan. Aku harus mencari waktu yang tepat untuk jujur. Aku telah memikirkan semuanya. Segala konsekuensinya, termasuk dibenci olehnya. Aku bisa paham, aku bisa terima.
Maka setelah kukatakan yang sebenarnya, kulihat airmata mengalir di pipinya. Sungguh aku tidak menginginkan melihat itu semua. Aku membuatnya menangis lagi, padahal dia selalu berusaha menjadi pengganti tissue di setiap tangisku. Maafkan aku.
Tapi satu hal yang Tak pernah kusangka, Dan Tak pernah kusiapkan sebelumnya. Kukira dia akan membenciku, bertubi tubi, tidak ingin melihatku lagi. Kenyataan yang lebih pahit harus kuterima, dia ingin tetap menungguku. Dia membiarkanku pergi tapi ingin tetap menungguku kembali. Hal paling bodoh yang pernah kutemui. Meski berkali Kali kukatakan aku tidak bisa kembali, dia bersikeras menungguku. Penyiksaan macam apa ini? Dia mengizinkanku berlari tapi masih merantai kakiku.
Lalu aku harus bagaimana agar dia tahu bahwa aku bersungguh sungguh dengan ucapanku? Ucapanku yang kukatakan tidak bisa kembali. Agar dia tahu bahwa aku tidak lagi mencintainya. Kupikir aku harus menemukan cinta yang baru, Dan dia harus tahu. Bukan untuk menyakitinya, tapi kuharap dia juga berpikir yang sama untuk menemukan cinta yang baru. Aku juga ingin dia berbahagia.
Aku bertemu seseorang yang baru. Seseorang yang Mau membantuku lepas Dari perasaan yang susah sekali kuungkapkan ini. Seseorang yang membuatku merasa lebih tenang sejenak. Kupikir dengan begini dia Dari Masa Lalu takkan menungguku lagi. Tapi lagi lagi aku Salah. Dia tetap berdiri disitu menatapku dengan yang baru, masih tetap menungguku.
Setiap orang yang melihatnya Lalu mencaciku. Tanpa tahu permasalahannya mereka menyalahkanku. Rasanya ingin kuteriakkan berbagai umpatan ke mereka. Mereka tidak tahu apa apa. Kalau mereka tahu bagaimana rasanya jadi aku, belum tentu mereka Mau berganti posisi denganku.
Sudahlah, biar kunikmati saja rasa ini. Suatu hari nanti, aku tidak tahu siapa yang paling bertahan hingga akhir.  Entah aku atau dia. Atau kami sama sama keras kepala, aku dengan pilihanku Dan dia dengan pilihannya.

 

This Template Was Found On Elfrida Chania's Blog