Kau tahu betapa malangnya nasib menjadi aku? Dicaci disana sini. Hanya Karena aku mematahkan hati. Mereka padahal tak tahu bahwa hati yang kupatahkan itu telah lebih dulu memporak porandakan hatiku. Bukan berniat membalas dendam, bagaimana bisa aku sejahat itu, tidak. Aku hanya berusaha untuk tidak terlalu dalam lagi terlibat dengan sesuatu yang menghancurkanku secara perlahan. Maka aku harus pergi menyelamatkan diri, Dan satu satunya cara adalah dengan mematahkan hati tadi.
Dewasa ini banyak orang yang berperan layaknya korban bukan? Padahal dia tersangka utamanya. Begitulah yang terjadi padaku. Semua orang menganggap aku manusia tak punya hati, tak tahu diri, tak berbudi, Dan ingin enak sendiri. Padahal mereka tidak tahu aku pun tersiksa disini.
Begini, kalau menjalin hubungan dengan seseorang bukankah harus dilandasi rasa saling menyukai, menyayangi dan mencintai? Apa jadinya kalau hanya Salah satu yang mengambil peran? Biar kusederhanakan, maksudku apa jadinya jika dalam hubungan ini aku tidak lagi mencintai? Jangan langsung menghakimi, aku juga tidak tahu awal mulanya aku kehilangan rasa. Semua terjadi begitu saja. Bahkan sebenarnya hal itu juga tidak aku inginkan. Dulu aku begitu mencintainya, jauh lebih besar Dari cinta yang dia punya. Tapi keadaan berubah. Bukan karena orang ketiga, sudah aku katakan aku juga tidak tahu karena apa.
Aku sudah membuat dia memiliki cinta yang begitu dalam padaku. Tak tega rasanya setiap Kali mendengar dia mengatakan I Love You, kujawab saja I Love You Too. Walaupun ada perasaan lain di hatiku, seperti teriris. Aku berbohong lagi, ntah untuk yang keberapa Kali.
Kuharap semakin hari aku bisa menumbuhkan kembali cinta itu, bahkan aku sudah memberi diriku sendiri kesempatan untuk memperbaikinya. Tapi bukannya membaik, malah semakin memburuk. Rasanya sakit sekali hati ini setiap hari harus berbohong kepadanya. Kuberikan senyum termanis, kuberikan pelukan hangat, kuberikan janji terindah, tapi hatiku menangis nelangsa. Dia bahkan Tak menyadari itu. Lalu aku harus bagaimana?
Aku tahu bagaimana pun semua harus ditegaskan. Semua harus dijelaskan. Aku harus mencari waktu yang tepat untuk jujur. Aku telah memikirkan semuanya. Segala konsekuensinya, termasuk dibenci olehnya. Aku bisa paham, aku bisa terima.
Maka setelah kukatakan yang sebenarnya, kulihat airmata mengalir di pipinya. Sungguh aku tidak menginginkan melihat itu semua. Aku membuatnya menangis lagi, padahal dia selalu berusaha menjadi pengganti tissue di setiap tangisku. Maafkan aku.
Tapi satu hal yang Tak pernah kusangka, Dan Tak pernah kusiapkan sebelumnya. Kukira dia akan membenciku, bertubi tubi, tidak ingin melihatku lagi. Kenyataan yang lebih pahit harus kuterima, dia ingin tetap menungguku. Dia membiarkanku pergi tapi ingin tetap menungguku kembali. Hal paling bodoh yang pernah kutemui. Meski berkali Kali kukatakan aku tidak bisa kembali, dia bersikeras menungguku. Penyiksaan macam apa ini? Dia mengizinkanku berlari tapi masih merantai kakiku.
Lalu aku harus bagaimana agar dia tahu bahwa aku bersungguh sungguh dengan ucapanku? Ucapanku yang kukatakan tidak bisa kembali. Agar dia tahu bahwa aku tidak lagi mencintainya. Kupikir aku harus menemukan cinta yang baru, Dan dia harus tahu. Bukan untuk menyakitinya, tapi kuharap dia juga berpikir yang sama untuk menemukan cinta yang baru. Aku juga ingin dia berbahagia.
Aku bertemu seseorang yang baru. Seseorang yang Mau membantuku lepas Dari perasaan yang susah sekali kuungkapkan ini. Seseorang yang membuatku merasa lebih tenang sejenak. Kupikir dengan begini dia Dari Masa Lalu takkan menungguku lagi. Tapi lagi lagi aku Salah. Dia tetap berdiri disitu menatapku dengan yang baru, masih tetap menungguku.
Setiap orang yang melihatnya Lalu mencaciku. Tanpa tahu permasalahannya mereka menyalahkanku. Rasanya ingin kuteriakkan berbagai umpatan ke mereka. Mereka tidak tahu apa apa. Kalau mereka tahu bagaimana rasanya jadi aku, belum tentu mereka Mau berganti posisi denganku.
Sudahlah, biar kunikmati saja rasa ini. Suatu hari nanti, aku tidak tahu siapa yang paling bertahan hingga akhir. Entah aku atau dia. Atau kami sama sama keras kepala, aku dengan pilihanku Dan dia dengan pilihannya.

0 komentar:
Posting Komentar