Senin, 29 Oktober 2018

Dibalik Musibah Ada Hikmah

Jadi, pagi tadi semua pemberitaan membahas tentang jatuhnya pesawat Lion Air JT610 dari Jakarta - Pangkalpinang. FYI, Pangkalpinang itu kota kelahiran saya, kampung halaman saya. Sehingga musibah ini cukup menggemparkan warga karena sebagian besar penumpang pesawat adalah warga dan berdomisili di Pangkalpinang.
Saya ngga akan bahas kronologisnya, karena saya ngga tahu dan ngga mau salah bicara. Saya ngga akan mengkritik maskapainya. Disini saya cuma mau bersyukur sebesar - besarnya dan berbagi sedikit cerita yang mudah mudahan bisa diambil hal positifnya.
Sudah sejak kurang lebih dua minggu yang lalu saya berkeinginan pulang. Kuat sekali. Bisa dikatakan homesick, ditambah beberapa faktor yang membuat saya setiap hari kepikiran ingin pulang. Saat pengumuman kelulusan cpns disiarkan dan saya tahu saya lulus tahap administrasi, keinginan saya untuk pulang semakin menggebu - gebu. Sambil menunggu tanggal tes yang belum diumumkan, setiap hari saya selalu memantau harga tiket pesawat ke Pangkalpinang. Dan memang beberapa hari terakhir harga tiket cukup tinggi. Rute Jogja - Pangkalpinang bisa satu jutaan, padahal harga normal sekitar 700 ribuan.
Setiap telfon Ibu atau curhat sama temen selalu bilang mau pulang kadang sampai nangis. Berhubung akhir bulan, sudah dipastikan dompet saya sudah menipis. Jadi rencananya saya pulang naik kereta api malam hari dari Jogja - Jakarta, dan naik pesawat dari Jakarta - Pangkalpinang dengan jam terbang paling pagi. Ibu ngga terlalu menyetujui karena beliau bilang terlalu capek. Cuma ya saya awalnya tetep ngotot mengingat uang sudah menipis dan gajian masih beberapa hari lagi.
Ibu bilang lagi, tunggu pengumuman tanggal tes. Setelah itu terserah saya mau pulang kapan dan ya siapa tahu harga tiket turun. Tapi dasar anaknya kadang keras kepala, diam - diam saya nekat tetep mau booking pesawat seperti rencana awal, Lion Air senin pagi itu. Tunggu gaji masuk, transfer, lalu pulang. Bahkan barang di koper sudah siap, surat izin untuk klinik sudah siap. Tinggal beli tiket dan berangkat. Kali ini, sudah ngga bilang Ibu lagi karena pasti dilarang lagi. 
Syukurnya Allah SWT masih melindungi saya. Gajian telat masuk, baru masuk hari Minggu pagi sementara tiket keretanya habis dan rencana pulang senin pagi gagal. Trus inget omongan Ibu tunggu dulu sampai pengumuman dan harga tiket turun. Setelah itu saya ngga ngecek harga tiket pesawat lagi, pikiran saya: yaudah lah tunggu aja klo gitu.
Keesokan harinya, atau senin pagi, alias tadi pagi, saat bangun tidur saya baca chat group WA yang ramai membicarakan pesawat jatuh. Awalnya masih belum ngeh klo itu pesawat menuju Pangkalpinang, dan saya tidur lagi. Tapi saya mimpi semua orang sibuk ngomongin salah seorang kenalan yang jadi korban pesawat jatuh (pas bangun lupa sih siapa orang yang dimaksud di mimpi), oke sebenarnya ini bener - bener alam bawah sadar saya yang pas bangun tadi sekilas nangkep pembicaraan di grup. Bangun tidur saya baca lagi chat di grup dengan seksama, dan setelah ngeh itu penerbangan yang hampir saya ikuti, merindinglah saya. Jantung langsung deg degan.
Setelah ngubungin Ibu dan bilang untung belum jadi pulang, Ibu cuma jawab semua sudah diatur yang Diatas. Disitu rasanya kayak, ya ampun feeling guilty sekali sempet ngebantah Ibu. Sampe nangis dan... Allah masih melindungi saya. Ngga kebayang kalau saya tetep ngotot berangkat diem - diem, tanpa ngasih tahu orangtua terutama Ibu, mungkin nama saya bisa jadi salah satu korban dan ya ampun gimana perasaan kedua orangtua saya??
Chat sama Ibu yang bikin mewek 😢
Bener sih yang namanya musibah, maut, itu bisa terjadi dimana aja dan kapan aja. Bahkan disaat kita sedang duduk duduk santai di rumah. Pada dasarnya semua akan kembali ke pangkuanNya kan. Kita cuma bisa berdoa lalu pasrah.
Mewek lagi 😢
😢😢
Tapi satu hikmahnya dari musibah ini, untuk saya pribadi jadi mikir bahwa omongan orangtua itu jangan dianggap enteng. Ridho Allah ya ridho dari orangtua kita. Dan saya harus banyak banyak bersyukur Allah masih melindungi saya. You should do that, too.
Terakhir, saya juga berdoa untuk seluruh korban agar Allah SWT menempatkan tempat terbaik di sisiNya, diampuni segala dosanya, diterima amal ibadahnya, dan kembali ke pangkuan Allah SWT dalam keadaan khusnul khotimah.
Untuk keluarga korban, saya ngga bisa banyak berkata - kata karena tentu saya ngga bisa benar - benar merasakan bagaimana perasaan mereka, bahkan saya sulit membayangkan bagaimana jika saya adalah mereka. Semoga Allah SWT melimpahkan kesabaran, kekuatan dan keikhlasan yang tiada terbatas untuk mereka. Kita tahu, kita semua akan kembali kepadaNya bagaimanapun caranya. Kita tahu, kita semua hanya sedang menunggu giliran, menunggu saatnya kita beristirahat selamanya, seperti mereka yang sudah mendahului kita.
Alfatihah.

0 komentar:

Posting Komentar

 

This Template Was Found On Elfrida Chania's Blog