Kalimat yang sering saya dengar
akhir – akhir ini di lingkungan ‘lengkung AMC’ –daerah kekuasaan mahasiswa
profesi tingkat akhir di AMC karena kita udah hampir ngga pernah masuk bangsal
lagi– adalah “DILARANG SAKIT!” dan “DILARANG MENYERAH!”.
Berangkat pagi disaat pegawai pun
belum datang (kadang jam tujuh pagi udah nangkring di lengkung) pulang sore
kadang malam, dari yang wajah masih segar sampai wajah sudah kucel, lari kesana
kesini mengejar dosen, revisi laporan bolak balik ke fotocopyan, menu makan
tiap hari di kantin sama, plus bonus pulang kehujanan karena Jogja belakangan
ini sering hujan deras dan awet, kita tetap dilarang keras untuk jatuh sakit
disaat – saat seperti ini. Pemandangan ketiduran di lengkung, laptop jejeran
kayak costumer service, rebutan DOPS buat minta nilai, misuh – misuh saat
ditolak ujian atau diskusi lagi dengan dosen, dan heboh ketika lihat dosen yang
lagi dicari tiba – tiba jalan santai di bangsal udah jadi makanan sehari –
hari. Terkadang kita saling curhat sampai pengen nangis, mau lulus kok gini
amat ya, tapi selaluu aja ada yang nyemangatin dengan teriak keras “Jangan
nyerah sih, dikit lagi”. Atau kalau ada yang mulai bilang “Aku udah capek ni
kok ngga kelar – kelar ya?” selalu aja ada yang bilang “Ngga boleh capek, ngga
boleh sakit. Mau lulus kapan klo dikit – dikit capek, dikit – dikit sakit?”
Saling gantian menyemangati, karena kita semua tahu kondisi kita sama. Terlebih
kita semua tahu tujuan kita saat ini sama, LULUS SECEPATNYA.
Saya, sudah dua minggu lebih ini batuk
ngga sembuh – sembuh. Kalau pulang kehujanan, batuknya semakin menjadi – jadi,
ditambah bersin – bersin pula. Tapi kalau sudah berada di lingkungan lengkung
dengan ‘teman – teman seperjuangan’ yang orangnya setiap hari itu – itu aja,
jadi lupa kalau saya sakit dan seharusnya banyak istirahat. Minum obat tetap
jalan, tapi revisian dan ujian diatas segala – galanya. Pulang ke kost langsung
tepar, dan baru terasa lelah selelah lelahnya. Ingin tidur yang panjang, tapi
setiap mau tidur kepikiran laporan lagi laporan lagi ujung – ujungnya ngga bisa
tidur dan yaa begitulah setiap hari. Aturan nomor satu tetap; DILARANG SAKIT.
Kemarin saya mendengar sebuah
lagu baru dari salah satu grup band favorit saya, Noah, judulnya Jalani Mimpi.
Entah karena memang saya orangnya hiperbola, baperan, atau memang saya sedang
dalam fase sensitif, liriknya yang sebenarnya biasa aja bisa bikin saya
menangis ngga berhenti.
Teruslah kau mencari.. Waktu akan selalu mengobati.. Temukan semua yang terhenti dalam hidupmu.. Tak perlu kau sesali.. Hidup kan membuatmu memahami.. Coba untuk tetap berdiri jalani mimpi..
Biasa aja kan? But I felt complicated. Di tengah – tengah masa
berjuang seperti ini, saya ingat kembali tujuan saya disini untuk memberikan
kebanggan ke orang – orang yang menyayangi saya terutama kedua orangtua saya.
Sesulit apapun perjuangan saya, tentu tidak sebanding dengan perjuangan yang
sudah mereka lakukan agar saya bisa tetap berdiri. At that point, down banget
dan kadang ngerasa kecewa sama diri sendiri. Kenapa untuk menjalankan kewajiban
yang seperti ini aja saya ngerasa berat dan sering mengeluh? Kenapa usaha saya
ngga sebesar apa yang sudah orang – orang terdekat saya harapkan kepada saya? Tapi
saya sadar, mau kecewa mau nangis pun kalau semua ngga dilanjutkan dan
diselesaikan dengan baik ya ngga akan ada gunanya. Jadi aturan nomor dua;
DILARANG MENYERAH itu memang manjur banget untuk menjaga semangat di saat
seperti ini.
Sedikit lagi. Bertahan sedikit
lagi. Untuk mereka; kedua orangtua, adik dan pasangan saya yang selalu berada
di belakang saya mendorong saya untuk terus berjalan meraih mimpi. Sedikit
lagi. Dan akan saya bayar semua yang sudah mereka berikan untuk saya selama
ini. Saya tidak akan sakit dan tidak akan menyerah.

0 komentar:
Posting Komentar