Saya bukan orang
yang mengerti politik. Saya juga bukan aktivis. Tapi saya prihatin dengan nasib
generasi muda bangsa yang menamai diri mereka seorang aktivis. Terkadang mereka
terlalu berfikir sempit.
Iya, tiba tiba saya teringat kembali pernah menyaksikan berita sekelompok aktivis melakukan aksi kubur diri menuntut presiden turun karna mereka menganggap presiden gagal dalam bekerja. Jika kegagalan presiden membuat mereka berniat menyakiti diri sendiri seperti itu, tidak bisa dibayangkan jika nanti mereka menjadi presiden dan mendapat tekanan rakyat mereka sendiri maka kurang dari 10 detik mereka melakukan aksi bunuh diri. Miris.
Waktu yang seharusnya mereka mafaatkan untuk memikirkan siapa pengganti yang menurut mereka lebih baik atau bahkan mempersiapkan diri mereka untuk menjadi calon pemimpin masa datang yang lebih baik justru dimanfaatkan untuk hal hal tidak berguna yang ujung ujungnya malah menyakiti diri sendiri. Apakah seperti itu wajah aktivis di Indonesia? Apakah kinerja pemerintah yang buruk harus diikuti dengan pemikiran para aktivisnya yang juga buruk? Kapan majunya Indonesia? Alangkah akan jauh lebih bermanfaat jika mereka memanfaatkan kesempatan untuk berpikir apa yang bisa mereka berikan untuk kemajuan bangsa dibandingkan memikirkan bagaimana caranya mengusir presiden dari tahta. Jika yang bisa mereka berikan untuk negara tercinta adalah sebuah kepemimpinan yang lebih baik justru bagus bukan?
Generasi penerus akan menjadi pemimpin yang baik disaat mereka berani mengkritik dan berani juga dikritik. Yang ingin ditanyakan sekarang, sudah siapkah mereka yang menamai aktivis pemerhati bangsa Indonesia untuk maju memimpin dan menghadapi segala bentuk pro kontra rakyat dibawahnya? Atau mereka hanya siap dengan mental seorang pengkritik dari dulu, sekarang dan bahkan nanti?
Iya, tiba tiba saya teringat kembali pernah menyaksikan berita sekelompok aktivis melakukan aksi kubur diri menuntut presiden turun karna mereka menganggap presiden gagal dalam bekerja. Jika kegagalan presiden membuat mereka berniat menyakiti diri sendiri seperti itu, tidak bisa dibayangkan jika nanti mereka menjadi presiden dan mendapat tekanan rakyat mereka sendiri maka kurang dari 10 detik mereka melakukan aksi bunuh diri. Miris.
Waktu yang seharusnya mereka mafaatkan untuk memikirkan siapa pengganti yang menurut mereka lebih baik atau bahkan mempersiapkan diri mereka untuk menjadi calon pemimpin masa datang yang lebih baik justru dimanfaatkan untuk hal hal tidak berguna yang ujung ujungnya malah menyakiti diri sendiri. Apakah seperti itu wajah aktivis di Indonesia? Apakah kinerja pemerintah yang buruk harus diikuti dengan pemikiran para aktivisnya yang juga buruk? Kapan majunya Indonesia? Alangkah akan jauh lebih bermanfaat jika mereka memanfaatkan kesempatan untuk berpikir apa yang bisa mereka berikan untuk kemajuan bangsa dibandingkan memikirkan bagaimana caranya mengusir presiden dari tahta. Jika yang bisa mereka berikan untuk negara tercinta adalah sebuah kepemimpinan yang lebih baik justru bagus bukan?
Generasi penerus akan menjadi pemimpin yang baik disaat mereka berani mengkritik dan berani juga dikritik. Yang ingin ditanyakan sekarang, sudah siapkah mereka yang menamai aktivis pemerhati bangsa Indonesia untuk maju memimpin dan menghadapi segala bentuk pro kontra rakyat dibawahnya? Atau mereka hanya siap dengan mental seorang pengkritik dari dulu, sekarang dan bahkan nanti?
Bukan merasa saya sudah jadi orang paling benar, tapi sekedar mengingatkan untuk selalu bercermin. Kebanyakan anak muda lupa bercermin ketika dia telah melihat sisi buruk seseorang. Saya pun begitu. Menghakimi orang lain atas dasar pemikiran kita yang menganggap orang lain salah. Tapi tidak ada salahnya untuk slalu dan slalu mengingatkan. Toh manusia lupa itu wajar. Asal jangan sengaja dibiarkan untuk terus lupa. Lupa bercermin, mengkoreksi diri sendiri sebelum mengkoreksi orang lain. Sesungguhnya kita semua luar biasa!

0 komentar:
Posting Komentar