Rabu, 10 Januari 2018

Jogja - Kuningan..



Hai, sepertinya sudah lama ngga cerita pengalaman ya. Jadi kali ini saya akan cerita salah satu pengalaman tak terlupakan yang baru terjadi beberapa hari yang lalu, mumpung masih segar dalam ingatan. Cerita ini tentang perjalanan ‘panjang’ yang kami (read: saya dan rombongan) alami sewaktu menghadiri pernikahan salah satu kerabat di luar kota. Perjalanan kami dipenuhi dengan ketidakberuntungan yang membuat cerita ini menjadi salah satu moment tak terlupakan. Siapkan cemilan, tissue, dan teman yang bisa dipukul karena kamu akan terlalu bersemangat untuk menertawakan kami. Hehehe.

Pasangan yang akan menikah waktu itu adalah Mas Eka dan Mba Tami. Siapa Mas Eka? Dia adalah pemilik toko buku online tempat pasangan saya bekerja. Saya kenal Mas Eka sekitar awal tahun 2016 saat pasangan saya mulai bekerja dengan beliau. Jarak umur yang tidak terlalu jauh dan sikapnya yang supel membuat saya cukup dekat dan menghormati beliau layaknya adik ke kakak. Beberapa waktu yang lalu Mas Eka memutuskan untuk meminang kekasih hatinya Mba Tami, gadis asal Kuningan Jawa Barat. Singkat cerita, setelah merencanakan sejak beberapa waktu sebelumnya sepakatlah kami akan menghadiri pernikahan mereka di Kuningan menggunakan mobil.

4 Januari 2018, tiba – tiba handphone saya berbunyi menandakan sebuat pesan whatsapp masuk. Saat itu saya sedang berada di tempat makan bersama pasangan. Info dari sebuah grup, Sabtu tgl 6 Januari pkl 15.00 dijadwalkan ujian ulangan CBT Kompre untuk saya. Mendadak hilang nafsu makan saya. Bagaimana tidak, kami merencanakan untuk berangkat ke Kuningan pada tgl 5 Januari malam. Akhirnya saya putuskan, lebih baik saya tidak berangkat saja. Namun setelah obrolan dan pertimbangan panjang lebar dengan rombongan dan Mas Eka, disepakatilah keberangkatan dibagi menjadi dua kloter. Kloter pertama yaitu Mas Eka, Tiyo, Rijen dan Arab berangkat pada hari Jumat (5 Januari) malam. Kloter kedua yaitu Saya, pasangan saya, Ratih, Kang Oleh, Kang Cep dan Mas Anwar berangkat pada Sabtu (6 Januari) sore setelah saya selesai ujian.

6 Januari 2018, pukul 16.30 saya dengan tergesa – gesa pulang setelah ujian untuk bersiap – siap berangkat ke Kuningan. Pukul 17.00 kami berangkat dan sepanjang perjalanan hingga makan malam sehabis magrib semuanya masih berjalan lancar. Hingga kami harus melewati jalanan yang ‘cukup menantang’, Mas Anwar sebagai supir cukup kewalahan menghindari lubang – lubang dan genangan air sepanjang perjalanan. Lampu mobil yang seperti petromaks akhirnya memaksa mobil untuk terhenti sesaat setelah Mas Anwar tanpa sengaja mengarahkan mobil ke lubang yang cukup besar di tengah jalan. Setelah hening untuk beberapa saat perjalanan dilanjutkan dengan kondisi stir mobil yang ‘menurut pengakuan supir’ agak rewel setelah menabrak lubang. Waktu menunjukkan pukul setengah 11 malam ketika kami berhenti di sebuah bengkel di daerah Gombong. Setelah menunggu sekitar satu setengah jam untuk memperbaiki mobil, perjalanan kami lanjutkan dengan supir diganti pasangan saya dan stir mobil yang sudah lebih mendingan dari sebelumnya (walaupun belum sepenuhnya pulih). Pukul setengah 5 pagi kami memutuskan untuk berhenti sebentar di mesjid untuk sholat subuh dan istirahat. Namun musibah datang lagi. Saat menepikan mobil di mesjid di Ciamis, stir blong yang artinya mobil tidak bisa dikendarai. Kelelahan dan kelaparan menghampiri. Sedikit panik juga mengingat akad nikah Mas Eka tinggal hitungan jam dan kita masih belum sampai Kuningan. Beruntungnya ada seorang warga yang berniat membantu kita mencarikan bengkel atau montir di subuh hari menuju pagi itu. Namanya Bapak Fendi, warga asli Ciamis. Beliau bahkan menawarkan kami untuk beristirahat sejenak di rumahnya sembari beliau dan pasangan saya mencari jalan keluar. Setelah berkeliling mencari bengkel dan montir, kami juga berupaya mencari rental mobil di daerah Ciamis (yang sayangnya tidak ada yang kosong), akhirnya kami diantar oleh kakak ipar Bapak Fendi menuju pasar Ciamis untuk naik bus menuju Cirebon dan mobil ditinggal di halaman mesjid tempat kami berhenti tadi. Sesampai di pasar, setelah menunggu beberapa waktu dan membuat kesepakatan dengan supir bus untuk mengantarkan kami ke Kuningan, akhirnya kami naik bus yang berbau solar, berbunyi berisik dan setiap jalan berkelok kami harus merasakan goyangan seperti saat sedang bermain bombom-car, dan membuat mabuk darat. Keapesan kami berlanjut ketika kami diturunkan di pasar dan dioper ke bus lain menuju Kuningan. Padahal kesepakatan sebelumnya dengan supir, kami akan diantarkan langsung ke Kuningan. Jam menunjukkan pukul setengah 8 pagi saat kami terpaksa pindah bus dan meminta supir untuk segera mengantarkan kami karena waktu yang sudah semakin mendesak. Tapi kesepakatan hanya tinggal kesepakatan, supir masih saja terus terusan berhenti menarik penumpang meskipun kami sudah protes ingin segera diantarkan dan terburu – buru. Pukul 9 pagi kami tiba di hotel saat rombongan lain di kloter sebelumnya sudah berada di gedung pernikahan bersiap – siap untuk akad nikah. Apes tak hanya sampai disitu, karena ketika terburu – buru untuk mandi, air di kamar mandi hotel mati.

Kami baru bisa sampai di gedung acara dengan naik angkot pukul setengah sebelas siang dan melewati momen istimewa akad nikah, dikarenakan berbagai keapesan bertubi – tubi sepanjang perjalanan. Saat kami tiba, pasangan pengantin sudah SAH dan tersenyum bahagia di pelaminan. Senyum sumringah Mas Eka dan Mba Tami membuat kami pada akhirnya hanya menertawakan berbagai kesialan kami untuk bisa sampai ke Kuningan ini. Pengantin bahagia, kami pun ikut bahagia mengikuti acara.

Kekesalan dan kelelahan sepanjang perjalanan terasa hilang saat berkumpul bersama sore harinya di hotel tempat kami menginap (Oh ya, akhirnya kami pindah hotel karena air di hotel pertama yang mati tadi). Tentu saja obrolan yang dibahas hanya seputar bagaimana serunya perjalanan yang kami tempuh sekitar 16 jam dari Jogja – Kuningan. Pengalaman pertama ke Kuningan yang membuat cerita ini tentu akan tetap seru untuk diceritakan lagi bahkan ketika nanti pasangan pengantin baru ini sudah mempunyai cucu.  

Dan akhirnya bisa ketawa lepas sama pengantin. 😄💕
Selamat menikah Mas Eka dan Mba Tami. Berbahagialah, selamanya.

0 komentar:

Posting Komentar

 

This Template Was Found On Elfrida Chania's Blog