Minggu, 06 Mei 2018

My Hippocratic Oath


Long time no poooost. Udah berapa bulan ya ngga nge-blog. Kemarin, -lebih tepatnya dari akhir tahun kemarin- saya fokus nyelesain sekolah (Koas). Bisa dilihat dari tough life nya Koas di salah satu tulisan di blog saya beberapa waktu yang lalu. Iya, dari Desember sudah ngga Koas lagi alias ngga ngerjain pasien lagi dan hanya persiapan ujian akhir yang ada beberapa tahap. Nanti akan saya ceritakan sedikit tahapannya ya, walaupun buat pembaca mungkin ngga penting hehehe.
Alhamdulillaaaah, setelah beberapa waktu vakum dari dunia per-blog-an (oke maaf, rada alay) akhirnya sekarang bisa ngatur waktu free buat nulis di sela – sela waktu ngga kerja. And finally, kerja juga sekarang. Ngga jadi mahasiswa lagi. Bisa beli keperluan pake uang gaji, one of my important points. Karena jujur yaa, selama ini rasanya kayak beban banget beli ini itu yang dimau tapi masih pake uang orangtua. Walaupun ngga selalu, dan kadang nabung atau nyari uang sendiri dengan jualan ini itu, pokoknya gimana caranya biar minta uang ke orangtua itu dijadikan pilihan terakhir. Tapi berbeda rasanya ketika saya beli keperluan atau memenuhi kebutuhan pake uang hasil keringat sendiri.
Oke, perjalanan saya beberapa bulan terakhir ini akan saya ceritakan dari sini....


Awal bulan Desember sudah mulai dibuka verifikasi ujian akhir untuk mahasiswa profesi KG. Untuk bisa ikut ujian akhir kita harus verifikasi berkas yang antara lain seluruh laporan kasus, nilai – nilai ujian harian, nilai – nilai diskusi, dan catatan follow up seluruh requirement pasien selama koas. Lengkap. Seluruh modul. Jadi, tiap hari kerjaannya ya kudu nyelesain keperluan dan pritilan buat verifikasi tutup modul akhir. Setelah selesai verifikasi, barulah diumumkan nama – nama mahasiswa yang bisa ikut ujian Komprehensif yang diadakan oleh Fakultas masing – masing universitas. Ujian komprehensif ini adalah ujian awal menuju ujian nasional yang diadakan Kementerian. Untuk ujian komprehensif, pada angkatan kelulusan saya diadakan sistem baru yaitu dengan mempresentasikan dua kasus terpilih dari pasien Komprehensif selama Koas. Ngga bisa dibilang mudah, walaupun di sistem baru kita ngga perlu lagi cari pasien cabut atau tambal untuk ujian, karena dengan sistem baru kasusnya jadi lebih luas tergantung dosen mau pilih kasus mana yang mereka anggap “menarik dan menantang”. Singkat cerita (langsung aja ya biar ngga kepanjangan), saya lulus ujian Komprehensif tahap awal dan bersiap menuju ujian yang sebenarnya. Hahaha.

Gini nih suasana ujian Komprehensifnya.. 


Ujian Kompetensi Nasional (UKMP2DG) diadakan pada akhir Januari. Sehingga dalam waktu kurang dari satu bulan tersebut, kami yang berhasil lolos untuk ujian kompetensi diwajibkan mengikuti mentoring dan persiapan dari dosen setiap hari. Berasa throwback SMA banget ikut jam tambahan sebelum UN. Dari pagi jam 8 sudah mentoring nonstop sampai jam 4 sore, kadang sampai magrib juga, trus dilanjutin belajar bareng bahas contoh – contoh soal sama temen – temen sampai jam 10-11 malam, pulang ke kos masih baca – baca materi lagi sebelum tidur. Begitu terus setiap hari selama hampir satu bulan. Badan udah kayak zombie asa melayang gitu, tapi tetep dipaksain ngga boleh jatuh sakit sampai paling ngga selesai ujian kompetensi. Ujian diadakan selama dua hari, yaitu hari pertama ujian teori berbasis komputer (CBT) , dan hari kedua ujian OSCE (praktek atau simulasi tindakan). Sehari sebelum hari H ujian OSCE atau ujian hari terakhir, tidur cuma paling setengah jam. Semalaman bener – bener melek buat pelajarin materi yang seabrek – abrek, lalu berlanjut ujian pada pagi harinya jam 8. Sehingga selesai ujian baru tepar, tidur di ruang isolasi ujian sampai ngga sadar waktu. Hahaha. Lumayan lah bisa istirahat sembari menunggu giliran kloter yang lain selesai ujian, karena kita ngga dibolehkan pulang sebelum semua peserta selesai ujian. Dan peserta ujian dibagi men jadi 3 kloter, masing – masing kloter punya waktu 120 menit. 
Belajar sambil didoain dan diceramahin ala LQ, ujung - ujungnya nangis 😢

Fyi, OSCE adalah ujian paling menyeramkan untuk kami, gimana ngga? Pada ujian OSCE kita (masing – masing peserta ujian) akan berhadapan dengan penguji satu orang dengan jarak yang hanya dibatasi meja penguji, harus menjelaskan diagnosa dan mensimulasikan tahapan – tahapan pekerjaan dengan kasus yang kita ketahui saat itu juga hanya dalam waktu 10 menit secara sempurna. Ya, sempurna. Karena para penguji sudah memiliki kunci jawaban sendiri untuk dicocokkan dengan jawaban kita. Kalau diagnosa yang kita jelaskan salah dan tahapan perawatan berbeda atau tidak sesuai urutan dengan kunci jawaban, habislah kita dengan nilai NOL. Dan lagi kita harus melewati 10 stase dalam ujian OSCE, artinya ada 10 kasus berbeda yang harus dijelaskan setiap 10 menit sekali. Could you imagine? 120 menit (10 stase ujian dan 2 stase selama masing – masing 10 menit adalah stase istirahat) di dalam ruang ujian hanya dengan penguji yang hanya mendengarkan jawaban kita dan tidak boleh bersuara, adalah 120 menit yang berasa 120 jam!

Ini ujian CBT hari pertama UKMP2DG
Dan ketegangan saat OSCE keliatan banget dr CCTV. Hayo tebak saya yang mana? hahaha.



Pengumuman ujian kompetensi baru diketahui pada pertengahan bulan Februari atau kurang lebih 2-3 minggu setelah ujian diadakan dan diumumkan secara serempak seluruh Indonesia. Bayangin dong ngga bisa tidurnya nungguin pengumuman. Oh ya, peserta ujian yang tidak lulus harus mengulang ujian pada gelombang berikutnya yaitu tiga bulan yang akan datang, karena ujian kompetensi diadakan setiap tiga bulan sekali. Jadi ngga ada yang namanya remed. Dan itu semakin bikin ngga bisa tidur. Tapiii, alhamdulillah sekali saat hari pengumuman nama saya dinyatakan LULUS.
Setelah pengumuman lulus, saya disibukkan dengan persiapan yudisium dan sumpah profesi. Ah akhirnya, bisa disumpah juga. Setiap kali lihat temen sumpah selalu bertanya di dalam hati, kapan ya aku bisa sumpah juga? Tapi ternyata Allah SWT baik sekali, beliau menjawab semua doa pada waktu yang tepat. Menuju hari sumpah, pusingnyaaa MasyaAllah. Semua persiapan sumpah kita sendiri yang atur dengan waktu yang singkat, ngga sampai satu bulan. Mulai dari booking gedung, katering, dokumentasi, nyiapin kostum, dekor, undangan, souvenir sampai menghubungi pengisi acara. Udah kayak mau nikahan aja. Besok – besok kayaknya bisa bikin EO/WO sendiri deh. Setiap hari bolak – balik ketemu dan ngubungin vendor, memastikan yang mereka siapkan sesuai dengan yang kita inginkan. Di samping itu kita juga masih harus menyelipkan waktu untuk mengurus keperluan yudisium profesi yang hanya berjarak ngga sampai 2 minggu dari hari sumpah dokternya.
Daaaan hari sumpah pun tiba, 7 Maret 2018. Didampingi kedua orangtua dan orang – orang terdekat kami tentunya, kami bisa mengucapkan sumpah profesi dokter gigi. Terharunyaaa luar biasa, sampai meneteskan airmata. Sangat khidmat dan sakral. Bukan main, tujuh tahun lebih berjuang di bidang yang saya pilih ini, melewati segala suka duka terbayar dengan bahagia luar biasa ketika bisa bersumpah untuk mengemban amanah baru di hadapan dosen dan orang – orang tercinta. Moment yang tidak terlupakan seumur hidup!!


Deg degan parah sih ini..

Dan inilah moment moment yang terekam bersama mereka yang saya cintai....
 






And here, I am.

0 komentar:

Posting Komentar

 

This Template Was Found On Elfrida Chania's Blog