Indonesia berduka. Teror bom melanda kota Surabaya beberapa hari terakhir. Seluruh televisi dan media berita online dipenuhi kabar duka akibat aksi teror bom bunuh diri ini. Dari sekian banyak berita mengenai terorisme yang terjadi di Surabaya beberapa hari terakhir, ada satu berita yang ntah mengapa menjadi yang paling memilukan bagi saya. Nanti akan saya bahas.
Tentu semua tahu berita mengenai teror bom yang meledak di tiga gereja yang ada di Surabaya. Berita ini viral dimana - mana. Tidak hanya di Indonesia tetapi juga di mancanegara. Seluruh media membahas hal yang sama. Seluruh rakyat memasang tagar yang sama: #PrayforSurabaya #lawanterorisme #kamitidaktakut. Pelaku melibatkan seluruh anggota keluarganya, termasuk anak mereka yang masih kecil dan belum mengerti apa - apa.
Kemarin, berita mengenai salah satu korban bernama Bayu (seorang petugas keamanan gereja) yang menjadi korban martir di salah satu gereja lokasi pengeboman mencuat. Semua orang berduka. Semua orang menaruh hormat kepada sikap heroik Almarhum yang rela mengorbankan nyawa demi menyelamatkan banyak jemaat gereja. Lalu, profil almarhum diulas. Almarhum meninggalkan dua orang anak yang masih balita. Sedihnya luar biasa, mengenai bagaimana anak sekecil itu ditinggalkan ayahnya yang menjadi korban teror bom. Sedih membayangkan bagaimana anak sekecil itu harus tumbuh tanpa ayah, dan harus menerima kenyataan bahwa ayahnya menjadi orang yang mengorbankan hidupnya untuk berjuang melindungi saudara - saudaranya yang lain. Sedih memikirkan bagaimana anak sekecil itu kelak tumbuh dewasa dengan latar belakang masa lalu yang pahit seperti ini. Meskipun semua orang mengatakan 'Nak, suatu saat kamu akan bangga mengatakan Ayahmu di Surga karena menjadi martir di gereja'.
Hari ini, pengeboman kembali terjadi. Kali ini bukan di gereja, namun di kantor polisi. Masih dengan skenario yang sama. Pelaku mengikutsertakan keluarga dalam melakukan aksi keji ini, termasuk anak anak mereka yang masih belum mengerti. Lalu, sebuah berita dan video mencuat lagi. Bukan, kali ini bukan tentang sosok pemberani yang mengorbankan hidup mereka. Tapi tentang bagaimana Allah SWT melindungi seorang gadis kecil anak pelaku teror bom itu sendiri. Video yang tersebar memperlihatkan seorang anak perempuan kecil yang selamat dari ledakan bom. Dengan sedikit kebingungan dan kesakitan anak tersebut berdiri di lokasi peledakan lalu segera diamankan pihak kepolisian untuk segera dirawat di rumah sakit.
Saya menangis pilu. Anak kecil tak berdosa itu menjadi korban paling menyedihkan. Dia terluka seperti korban lainnya. Dia juga kehilangan seluruh keluarganya, di depan mata. Seluruh keluarganya yang telah pergi dikecam habis habisan oleh seluruh orang. Dan kini dia harus bertahan sendirian. Pilu rasanya membayangkan dia akan tumbuh dewasa tanpa orangtua dan saudara, dan menerima kenyataan bahwa orangtuanya adalah pelaku bom bunuh diri itu sendiri. Pilu rasanya membayangkan bahwa dia akan tumbuh dewasa dengan kisah bahwa ia pernah terlibat dalam aksi keji itu karena tidak punya pilihan dan belum mengerti apa apa. Anak sekecil itu akan menanggung luka yang cukup dalam karena perbuatan orangtuanya.
Saya, bisa memahami kesedihan istri, orangtua atau saudara para korban yang ditinggalkan. Saya pun ikut bersedih dan berduka. Diluar itu, saya amat sangat bersedih melihat anak - anak yang ditinggalkan orangtua mereka. Terlebih anak pelaku teror bom tersebut. Mereka adalah korban paling tersakiti menurut saya. Anak anaklah korban paling tersakiti menurut saya, meskipun dia dilibatkan sebagai pelaku. Maka saya tidak habis pikir dengan berbagai komentar buruk dan kasar yang bahkan tega mengatakan "Seharusnya dia mati dan ikut ke neraka bersama orangtuanya!" Atau "Hati - hati dengan anak itu, dia bibit teroris di masa depan". What the f**k with your mind Sis!! Mereka -anak anak- itu patut dilindungi dan dibimbing. Dan itu tugas kita, bersama. Manusiawilah sebagai manusia. Memiliki hati nuranilah sebagai sesama manusia. Bagaimana bisa seorang dewasa menghakimi seorang anak kecil seperti itu. Mengapa selalu menyalahkan orang lain? Mengapa selalu mencari kambing hitam daripada berangkulan dan berbenah?
Saya sedih, amat sedih. Bahkan tidak bisa berkata - kata. "Adik adikku, lanjutkan hidupmu! Allah SWT tidak pernah memberikan ujian diluar batas kemampuan umatNya. Kami selalu bersamamu." ðŸ˜ðŸ˜
Ada anak kecil yang dilibatkan jadi pelaku. Anak kecil lainnya menjadi korban. Seharusnya mereka bertemu di taman bermain. Mandi bola atau bermain perosotan bersama. Lalu saling bertukar cerita tentang cita - cita mereka saat besar nanti. (Arie Kriting)

0 komentar:
Posting Komentar