Selasa, 15 Mei 2018

Yang terluka.. Bom Surabaya 2018

Indonesia berduka. Teror bom melanda kota Surabaya beberapa hari terakhir. Seluruh televisi dan media berita online dipenuhi kabar duka akibat aksi teror bom bunuh diri ini. Dari sekian banyak berita mengenai terorisme yang terjadi di Surabaya beberapa hari terakhir, ada satu berita yang ntah mengapa menjadi yang paling memilukan bagi saya. Nanti akan saya bahas.
Tentu semua tahu berita mengenai teror bom yang meledak di tiga gereja yang ada di Surabaya. Berita ini viral dimana - mana. Tidak hanya di Indonesia tetapi juga di mancanegara. Seluruh media membahas hal yang sama. Seluruh rakyat memasang tagar yang sama: #PrayforSurabaya #lawanterorisme #kamitidaktakut. Pelaku melibatkan seluruh anggota keluarganya, termasuk anak mereka yang masih kecil dan belum mengerti apa - apa.
Kemarin, berita mengenai salah satu korban bernama Bayu (seorang petugas keamanan gereja) yang menjadi korban martir di salah satu gereja lokasi pengeboman mencuat. Semua orang berduka. Semua orang menaruh hormat kepada sikap heroik Almarhum yang rela mengorbankan nyawa demi menyelamatkan banyak jemaat gereja. Lalu, profil almarhum diulas. Almarhum meninggalkan dua orang anak yang masih balita. Sedihnya luar biasa, mengenai bagaimana anak sekecil itu ditinggalkan ayahnya yang menjadi korban teror bom. Sedih membayangkan bagaimana anak sekecil itu harus tumbuh tanpa ayah, dan harus menerima kenyataan bahwa ayahnya menjadi orang yang mengorbankan hidupnya untuk berjuang melindungi saudara - saudaranya yang lain. Sedih memikirkan bagaimana anak sekecil itu kelak tumbuh dewasa dengan latar belakang masa lalu yang pahit seperti ini. Meskipun semua orang mengatakan 'Nak, suatu saat kamu akan bangga mengatakan Ayahmu di Surga karena menjadi martir di gereja'.
Hari ini, pengeboman kembali terjadi. Kali ini bukan di gereja, namun di kantor polisi. Masih dengan skenario yang sama. Pelaku mengikutsertakan keluarga dalam melakukan aksi keji ini, termasuk anak anak mereka yang masih belum mengerti. Lalu, sebuah berita dan video mencuat lagi. Bukan, kali ini bukan tentang sosok pemberani yang mengorbankan hidup mereka. Tapi tentang bagaimana Allah SWT melindungi seorang gadis kecil anak pelaku teror bom itu sendiri. Video yang tersebar memperlihatkan seorang anak perempuan kecil yang selamat dari ledakan bom. Dengan sedikit kebingungan dan kesakitan anak tersebut berdiri di lokasi peledakan lalu segera diamankan pihak kepolisian untuk segera dirawat di rumah sakit.
Saya menangis pilu. Anak kecil tak berdosa itu menjadi korban paling menyedihkan. Dia terluka seperti korban lainnya. Dia juga kehilangan seluruh keluarganya, di depan mata. Seluruh keluarganya yang telah pergi dikecam habis habisan oleh seluruh orang. Dan kini dia harus bertahan sendirian. Pilu rasanya membayangkan dia akan tumbuh dewasa tanpa orangtua dan saudara, dan menerima kenyataan bahwa orangtuanya adalah pelaku bom bunuh diri itu sendiri. Pilu rasanya membayangkan bahwa dia akan tumbuh dewasa dengan kisah bahwa ia pernah terlibat dalam aksi keji itu karena tidak punya pilihan dan belum mengerti apa apa. Anak sekecil itu akan menanggung luka yang cukup dalam karena perbuatan orangtuanya.
Saya, bisa memahami kesedihan istri, orangtua atau saudara para korban yang ditinggalkan. Saya pun ikut bersedih dan berduka. Diluar itu, saya amat sangat bersedih melihat anak - anak yang ditinggalkan orangtua mereka. Terlebih anak pelaku teror bom tersebut. Mereka adalah korban paling tersakiti menurut saya. Anak anaklah korban paling tersakiti menurut saya, meskipun dia dilibatkan sebagai pelaku. Maka saya tidak habis pikir dengan berbagai komentar buruk dan kasar yang bahkan tega mengatakan "Seharusnya dia mati dan ikut ke neraka bersama orangtuanya!" Atau "Hati - hati dengan anak itu, dia bibit teroris di masa depan". What the f**k with your mind Sis!! Mereka -anak anak- itu patut dilindungi dan dibimbing. Dan itu tugas kita, bersama. Manusiawilah sebagai manusia. Memiliki hati nuranilah sebagai sesama manusia. Bagaimana bisa seorang dewasa menghakimi seorang anak kecil seperti itu. Mengapa selalu menyalahkan orang lain? Mengapa selalu mencari kambing hitam daripada berangkulan dan berbenah?
Saya sedih, amat sedih. Bahkan tidak bisa berkata - kata. "Adik adikku, lanjutkan hidupmu! Allah SWT tidak pernah memberikan ujian diluar batas kemampuan umatNya. Kami selalu bersamamu." 😭😭
Ada anak kecil yang dilibatkan jadi pelaku. Anak kecil lainnya menjadi korban. Seharusnya mereka bertemu di taman bermain. Mandi bola atau bermain perosotan bersama. Lalu saling bertukar cerita tentang cita - cita mereka saat besar nanti. (Arie Kriting)

Minggu, 13 Mei 2018

Kematian malang hari ini..

Serdadu kumbang berderet rapi
Lalu sekali tepuk mereka mati
Kematian malang hari ini..

Diiringi nyanyian biru
Pekikan yang menderu
Hujan yang menetes satu persatu
Laba - laba pun mulai merajut rindu
Kematian mereka terasa pilu..

Serdadu kumbang berderet rapi
Lalu sekali tepuk mereka mati
Kematian malang menyudahi
Tak ada jejak tertinggal disini
Hidup berhenti
Namun kenanganmu abadi..



#PrayforIndonesia #lawanterorisme
Untuk saudaraku yang teriris hatinya.

Rabu, 09 Mei 2018

Part Korea - Thought We're Only Friends (Oh Won Bin)


Ada yang fans berat K-Pop? Banyak!
Ada yang cuma suka aja? Itu juga banyak. Termasuk saya. Hehehe. Ngga bisa dikatakan fans berat, tapi ngga yang anti juga. Di tengah – tengahlah. Untuk drama Korea, banyak yang saya suka dan saya ikuti. Dari jaman masih di SD sih nonton di TV semacam drama Korea yang judulnya Endless Love sampai Full House. Jadul ya hahaha. Waktu itu Korea belum se-booming sekarang. Lalu, waktu awal kuliah di saat teman – teman dan adik saya heboh dan suka banget sama boyband/girlband Korea yang sedang naik daun, saya adalah orang yang paling menghindari mendengarkan lagu – lagu mereka. Bagi saya, ngga ngerti arti lirik lagunya kok bisa sampai joged – joged sambil menghayati. Trus apalah ini Boyband/Girlband kebanyakan joged daripada nyanyi.
Satu – satunya acara Korea yang saya nikmati saat itu adalah Running Man. Reality show yangngetop banget saat dulu awal kuliah. Lumayan lah ya. Ketika temen – temen lagi bahas Korea yang bisa nyambung sama mereka hanya saat sampai pada topik seputaran Running Man aja. Sampai suatu hari ada seorang temen (cowok loh) yang saat itu kita lagi ngobrolin Running Man dan membernya, dia tiba – tiba merekomendasikan saya untuk menonton drama Korea berjudul Nice Guy yang dibintangi oleh Song Joongki salah satu member Running Man. Saya ketawa dan bilang “Kamu cowok kok nontonnya drama Korea?”. Teman saya jawab, “Kamu coba nonton aja dulu biar tau.”
Demi membuktikan bahwa ‘Ngapain sih suka nonton Korea?’ menurut saya benar, akhirnya saya menonton drama yang direkomendasikan teman saya tadi. Itu adalah drama Korea pertama yang saya tonton di laptop setelah terakhir kali ngikutin drama Korea di TV yaitu Full House saat kelas 2 SMP. Dan bad news, saya suka banget Nice Guy iniiii. Karakter Kang Maru yang diperankan Joongki disini saya suka sekaliiii. Berasa jatuh cinta. Mungkin karena akting Joongki yang bagus juga sih ya. Oke, kualat sudah. Karena besoknya ketika saya bilang ke teman saya bahwa saya suka drama tersebut, teman saya sambil ketawa bilang bahwa drama Korea yang lainnya masih banyak yang lebih bagus dari Nice Guy dan kemungkinan kamu bakal jatuh cinta lagi.
Racun emang! Sejak saat itu saya jadi sering nonton drakor dan film Korea. Penasaran lebih tepatnya, apalagi kalau teman – teman saya cerita dengan bersemangatnya tentang karakter si A di Drakor ini, atau si B di Drakor itu. Tapi ya kenyataannya tetap ngga semua judul Drakor saya suka kok, sekalipun pemainnya tampan dan cantik, atau ratingnya tinggi. Saya ngga seantusias teman – teman yang rela nungguin tayangnya episode baru setiap minggu lalu streaming di laptop. Saya sih mendingan nunggu kalau dramanya sudah tayang sampai tamat aja. Saya juga ngga sampai menghapal nama – nama aktor dan aktrisnya. Hanya beberapa dan tertentu saja, yang saya suka. Hahaha. Selebihnya saya hanya menikmati tontonannya saja.
Selain itu kualat yang lainnya adalah ketika saya mulai menikmati ngga hanya Drakornya aja, tapi juga soundtracknya. Hahaha. Ngga tau artinya, cuma karena lagunya dipasang pada beberapa adegan dan menurut saya musiknya pas, saya jadi suka. Sukanya ya sekedar dengerin aja. Alhamdulillah belum sampai merambat tergila – gila dengan boyband/girlbandnya.
Dan beberapa hari terakhir saya lagi suka dengerin lagu yang dinyanyikan Oh Won Bin berjudul Thought We’re Only Friends OST Heartstring. Gara – gara iseng nemuin ada beberapa episode Heartstring yang belum terhapus di laptop, lalu saya putar lagi. Padahal dramanya sudah lama dan kebetulan di episode tersebut diputarlah lagu tadi. Saat itu adegan pemeran utama (Park Shin Hye) lagi dengerin lagu yang diciptain mantannya (YongHwa CNBlue) tentang perasaannya ketika harus berpisah dengan kekasih padahal mereka masih saling mencintai. Ya, drama tersebut adalah drama semi musikal karena ceritanya kedua pemeran utama adalah teman kuliah dan sama – sama seorang musisi. Sehingga cukup banyak unsur lagu dan instrumen yang ditampilkan dalam drama tersebut. Salah satu lagu yang paling saya suka adalah lagu tadi.
Ngga tahu judulnya apa, liriknya tentang apa dan yang nyanyi siapa, saya browsing di internet karena suka. Dan ketemu! Gimana ya? Musiknya seperti menyayat – nyayat hati dan membuat galau. Melambangkan kesedihan sekali. (Kali ini saya sotoy!) Setelah saya download dan saya dengarkan berulang – ulang, tetap aja pas dengerin jadi sedih banget. Yang penasaran bisa ikut browsing juga dan dengar lagunya apa benar membuat sedih atau memang sayanya yang baper dan lebay.
FYI, percaya atau ngga sambil ngetik tulisan ini pun saya sambil dengerin lagu Thought We’re Only Friends. Seharian ini ngga tau deh udah diulang berapa kali. Alhasil jadi galau – galau ngga jelas, meskipun lagi dan lagi saya ngga ingat persis arti lagunya apa dan ngga hapal juga liriknya. Cuma bersenandung kecil yang dibumbui rasa ketusuk – tusuk di hati.
Sekian ya nyampah – nyampah di blognya. Ngga tahu faedahnya apa tengah malem posting ginian. Pengennya bisa nyiptain lagu juga kayak di drama tersebut kalau lagi ngga bisa tidur atau ngga jelas gini, atau pas lagi galau, sayangnya bakat saya ngga menjurus kesana. Tapi yaudahlah ya, nikmati aja. Dengerin juga lagunya. Kalau ada yang jadi ikut sedih juga atau jadi tambah sedih setelah dengar lagu tersebut, saya cuma mau bilang.... kita sama.

Selasa, 08 Mei 2018

Sebut saja Cerpen (1)


Katanya ide bisa muncul dimana saja dan kapan saja. Seperti saat dua hari yang lalu malam sepulang kerja, ntah apa yang sedang saya pikirkan, sambil melamun tanpa saya sadari motor melaju hingga ke Jalan Kaliurang hampir menuju ringroad dari Jalan Godean. Sudah melewati kos saya. Padahal niat awalnya pulang kerja cari makan lalu pulang. Akhirnya motor saya hentikan di sebuah warung Gudeg pinggir jalan. Setelah membeli sebungkus nasi Gudeg, saya memutar motor menuju kos. Tapi lagi – lagi sambil melamun, saya bablas hingga hampir ke daerah Kotabaru. Untung segera setelah sadar saya belokkan stang motor ke arah Tugu Jogja untuk pulang. Dan di Jalan pulang inilah tiba – tiba muncul ide untuk menulis sebuah cerita. Saya tulis saja, agar ide ini tidak menguap. Meskipun tanpa judul..



-Tanpa Judul-




                Saat ini pukul setengah tiga pagi. Oh tidak, aku telat bangun. Mungkin karena aku baru tidur kurang lebih empat setengah jam dari pukul sepuluh malam tadi. Tapi cukuplah. Mengingat hari ini akan menjadi hari yang sangat panjang dan melelahkan untukku. Kupikir aku bisa tidur nanti saja setelah hari ini berlalu. Segera aku ambil handuk lalu mandi. Aku harus cepat, karena sudah telat.
                Setelah mandi aku bergegas keluar kamar. Sepi. Bahkan suara jangkrik pun tak terdengar di rumah ini. Baiklah, sepertinya yang lain masih tidur. Tapi bukankah tidak seharusnya mereka masih tertidur jam segini? Hari ini acara pentingku! Mereka harus bersiap – siap. Dan Ah, seharusnya mereka (dan aku tentunya) sudah mandi. Sebentar lagi para perias datang.
                Ku gedor pintu kamar Ayah dan Bunda sambil berteriak “Bundaaa, Ayaaah. Sudah bangun belum?” lalu aku bergegas ke pintu kamar berikutnya yaitu kamar Stella adikku. “Stellaaa, ayo banguuuun!”
                Kulirik jam dinding di ruang tengah, sudah hampir jam tiga pagi. Lalu ku liat layar kaca di handphoneku. Tidak ada apa – apa. Aku mengernyitkan dahi. Mulai cemas.
Bunda dan Ayah keluar dari kamar. Stella juga.
                “Bun, sudah hampir jam tiga kenapa periasnya belum datang? Mereka ngabarin Bunda ngga? Kok di Hpku ngga ada notif apa – apa ya? Ditelfon aja Bun, udah telat loh.”
                Bunda duduk di sofa, juga Ayah. Oke, untuk menghemat waktu apakah aku harus mengenakan gaun dulu? Tapi..
                “Bunda, gaunku mana? Sepertinya semalam sudah kugantung disitu?” Ya, aku yakin benar semalam sebelum tidur sudah menggantung gaunku di depan kamar. Kemana sekarang?! Siapa yang berani memindahkannya? Kalian tidak tahu kan, gaunku itu -yang berwarna gold- adalah gaun pertama yang aku disain sendiri saat aku duduk di kelas 2 SMA. Dan saat itu aku memiliki impian bahwa nanti aku akan mengenakan gaun yang kubuat sendiri itu di hari pernikahanku dengan pria yang aku cintai. Butuh waktu kurang lebih 3 bulan di sela – sela waktu bekerja untuk menyelesaikan gaun tersebut, karena aku ingin terlihat sempurna. Mulai dari memilih bahan hingga memasang detail berlian, aku tak mempercayakan pada orang lain. Ya, gaun itu kukatakan 95% hasil tanganku sendiri.
                Bunda hanya diam ketika kutanyakan kemana gaunku. Kulirik Stella, dia menunjuk ke arah kamar dengan dagunya. “Tolong ambilkan Stel. Dan kau, ayo mandiii. Kau liat kan sekarang sudah jam berapa? Ngga lucu kalau kita semua telat. Oh ya Bunda, sudah ditelfon belum periasnya?”
                Aku mulai panik. Kuambil handphone untuk menelpon Atta, tunanganku yang hari ini akan menjadi suamiku. Ya, hari ini kami akhirnya akan menikah. Setelah hampir enam tahun berjuang untuk sampai saat ini karena orangtua kami yang saling tidak memberikan restu. Alasannya, karena kami berdua berbeda keyakinan. Atta muslim, dan aku kristiani. Dan kami adalah pasangan yang berusaha menghargai perbedaan tersebut dengan tidak saling memaksa satu sama lain untuk memiliki keyakinan yang sama. Sulit memang. Namun, terlepas dari semua masalah yang sudah kami lewati itu, kami hanya ingin hari ini dapat berbagi kebahagiaan. Kami hanya ingin cinta kami berakhir indah.
                Nomor Atta tidak dapat dihubungi. Dan itu membuatku semakin panik. Bagaimana bisa di saat seperti ini Atta tidak bisa dihubungi? Perias juga belum datang. Seluruh orang di rumah baru bangun, dan belum bersiap – siap. Wah bisa gila rasanya. Aku jengkel sekali. Dan lihatlah, bahkan Ayah, Bunda dan Stella belum beranjak dari tempatnya. Tidak bisakah mereka bergegas?
                “Bundaaa, Ayaaah, Stellaaa. Kalian sedang apaaa? Ayo donggg bergegas. Kalian ngga mau kan lihat hari bahagiaku berantakan?” Aku mengatakan itu dengan hampir menangis sambil tetap berusaha menghubungi Atta, meskipun hasilnya masih sama. Nomornya tidak aktif, tidak bisa dihubungi.
                “Siska, Nak, berhentilah.” Bunda berucap lirih.
                Aku menatap Bunda. Harusnya Bunda tahu aku sedang panik, kenapa Bunda berbicara seperti itu? Hanya membuatku semakin kesal dan ingin marah. “Bunda lagi ngga melarang pernikahan aku terjadi kan?” Aku takut sekali Bunda kembali tidak merestui kami. Dan pikiran itu harus kusingkirkan jauh – jauh.
                “Jangan diteruskan lagi Siska.” Kali ini Bunda mengatakan hal itu sambil menitikkan airmata. Dan itu malah membuatku marah. Tidak boleh. Bunda sudah berjanji merestui kami. Bunda sudah tidak mempermasalahkan hubungan kami lagi. Aku lirik Ayah, beliau menundukkan kepala. Ku lirik Stella, dia pun mulai menangis. Ah tolonglah, kenapa kalian berubah di saat seperti ini. Dan Atta, kamu dimana?! Situasi seperti apa ini?! Kutelfon lagi Atta, tetap tidak aktif.
                “Atta kamu kemana?! Atta!! Atta!!” Airmataku mulai mengalir, aku pun bingung karena sepertinya aku hanya marah. Apa kalian bersekongkol mempermainkanku? Atau bersekongkol menyakitiku? Sungguh aku tidak mengerti situasi macam apa ini. Aku merasa dikhianati, bukan hanya oleh Atta yang tiba – tiba tidak bisa dihubungi, tetapi juga oleh keluargaku yang mendadak seperti ingin menghancurkan harapanku. Sementara aku bingung harus berbuat apa, tangisan Bunda semakin deras diikuti Stella. Kalian.. bisa bisanya kalian menangis membuatku semakin marah. Membuatku merasa bersalah. Membuatku merasa sakit hati. Membuatku merasa susah bernafas. Dan Atta kamu dimana!!! Kamu harus membantuku. Kita sudah berjanji akan berjuang hingga akhir. Kita sudah berjanji aku selalu bersama. Kamu dimana Atta, bantu akuuu.
                Aku panik. Aku kalut. “Apapun yang terjadi, aku akan tetap menikah dengan Atta!!”
                Plakk!!!
                Ayah menamparku keras. Aku terduduk.
                “Sadar Siska!! Atta sudah pergi seminggu yang lalu. Dia sudah meninggal!!”
                Aku lemas mendengar perkataan Ayah. Tidak mungkin Atta sudah pergi. Tidak mungkin Atta meninggal seminggu yang lalu. Kami masih mengantarkan undangan bersama saat itu. Pulangnya, kami masih mendatangi gedung pernikahan kami untuk memastikan semua berjalan seperti yang kami inginkan. Aku masih ingat jelas Atta menggenggam tanganku berjalan keluar gedung dan berkata “Kita akan berjalan keluar gedung ini sebagai suami dan istri. Kamu yang pertama dan terakhir untukku” Dan.. tiba – tiba aku ingat setelah itu ada sebuah mobil menabrak Atta dari belakang hingga Atta terpental. Atta berlumuran darah memandangku. Dan semuanya mendadak gelap sama seperti saat ini.

Minggu, 06 Mei 2018

My Hippocratic Oath


Long time no poooost. Udah berapa bulan ya ngga nge-blog. Kemarin, -lebih tepatnya dari akhir tahun kemarin- saya fokus nyelesain sekolah (Koas). Bisa dilihat dari tough life nya Koas di salah satu tulisan di blog saya beberapa waktu yang lalu. Iya, dari Desember sudah ngga Koas lagi alias ngga ngerjain pasien lagi dan hanya persiapan ujian akhir yang ada beberapa tahap. Nanti akan saya ceritakan sedikit tahapannya ya, walaupun buat pembaca mungkin ngga penting hehehe.
Alhamdulillaaaah, setelah beberapa waktu vakum dari dunia per-blog-an (oke maaf, rada alay) akhirnya sekarang bisa ngatur waktu free buat nulis di sela – sela waktu ngga kerja. And finally, kerja juga sekarang. Ngga jadi mahasiswa lagi. Bisa beli keperluan pake uang gaji, one of my important points. Karena jujur yaa, selama ini rasanya kayak beban banget beli ini itu yang dimau tapi masih pake uang orangtua. Walaupun ngga selalu, dan kadang nabung atau nyari uang sendiri dengan jualan ini itu, pokoknya gimana caranya biar minta uang ke orangtua itu dijadikan pilihan terakhir. Tapi berbeda rasanya ketika saya beli keperluan atau memenuhi kebutuhan pake uang hasil keringat sendiri.
Oke, perjalanan saya beberapa bulan terakhir ini akan saya ceritakan dari sini....


Awal bulan Desember sudah mulai dibuka verifikasi ujian akhir untuk mahasiswa profesi KG. Untuk bisa ikut ujian akhir kita harus verifikasi berkas yang antara lain seluruh laporan kasus, nilai – nilai ujian harian, nilai – nilai diskusi, dan catatan follow up seluruh requirement pasien selama koas. Lengkap. Seluruh modul. Jadi, tiap hari kerjaannya ya kudu nyelesain keperluan dan pritilan buat verifikasi tutup modul akhir. Setelah selesai verifikasi, barulah diumumkan nama – nama mahasiswa yang bisa ikut ujian Komprehensif yang diadakan oleh Fakultas masing – masing universitas. Ujian komprehensif ini adalah ujian awal menuju ujian nasional yang diadakan Kementerian. Untuk ujian komprehensif, pada angkatan kelulusan saya diadakan sistem baru yaitu dengan mempresentasikan dua kasus terpilih dari pasien Komprehensif selama Koas. Ngga bisa dibilang mudah, walaupun di sistem baru kita ngga perlu lagi cari pasien cabut atau tambal untuk ujian, karena dengan sistem baru kasusnya jadi lebih luas tergantung dosen mau pilih kasus mana yang mereka anggap “menarik dan menantang”. Singkat cerita (langsung aja ya biar ngga kepanjangan), saya lulus ujian Komprehensif tahap awal dan bersiap menuju ujian yang sebenarnya. Hahaha.

Gini nih suasana ujian Komprehensifnya.. 


Ujian Kompetensi Nasional (UKMP2DG) diadakan pada akhir Januari. Sehingga dalam waktu kurang dari satu bulan tersebut, kami yang berhasil lolos untuk ujian kompetensi diwajibkan mengikuti mentoring dan persiapan dari dosen setiap hari. Berasa throwback SMA banget ikut jam tambahan sebelum UN. Dari pagi jam 8 sudah mentoring nonstop sampai jam 4 sore, kadang sampai magrib juga, trus dilanjutin belajar bareng bahas contoh – contoh soal sama temen – temen sampai jam 10-11 malam, pulang ke kos masih baca – baca materi lagi sebelum tidur. Begitu terus setiap hari selama hampir satu bulan. Badan udah kayak zombie asa melayang gitu, tapi tetep dipaksain ngga boleh jatuh sakit sampai paling ngga selesai ujian kompetensi. Ujian diadakan selama dua hari, yaitu hari pertama ujian teori berbasis komputer (CBT) , dan hari kedua ujian OSCE (praktek atau simulasi tindakan). Sehari sebelum hari H ujian OSCE atau ujian hari terakhir, tidur cuma paling setengah jam. Semalaman bener – bener melek buat pelajarin materi yang seabrek – abrek, lalu berlanjut ujian pada pagi harinya jam 8. Sehingga selesai ujian baru tepar, tidur di ruang isolasi ujian sampai ngga sadar waktu. Hahaha. Lumayan lah bisa istirahat sembari menunggu giliran kloter yang lain selesai ujian, karena kita ngga dibolehkan pulang sebelum semua peserta selesai ujian. Dan peserta ujian dibagi men jadi 3 kloter, masing – masing kloter punya waktu 120 menit. 
Belajar sambil didoain dan diceramahin ala LQ, ujung - ujungnya nangis 😢

Fyi, OSCE adalah ujian paling menyeramkan untuk kami, gimana ngga? Pada ujian OSCE kita (masing – masing peserta ujian) akan berhadapan dengan penguji satu orang dengan jarak yang hanya dibatasi meja penguji, harus menjelaskan diagnosa dan mensimulasikan tahapan – tahapan pekerjaan dengan kasus yang kita ketahui saat itu juga hanya dalam waktu 10 menit secara sempurna. Ya, sempurna. Karena para penguji sudah memiliki kunci jawaban sendiri untuk dicocokkan dengan jawaban kita. Kalau diagnosa yang kita jelaskan salah dan tahapan perawatan berbeda atau tidak sesuai urutan dengan kunci jawaban, habislah kita dengan nilai NOL. Dan lagi kita harus melewati 10 stase dalam ujian OSCE, artinya ada 10 kasus berbeda yang harus dijelaskan setiap 10 menit sekali. Could you imagine? 120 menit (10 stase ujian dan 2 stase selama masing – masing 10 menit adalah stase istirahat) di dalam ruang ujian hanya dengan penguji yang hanya mendengarkan jawaban kita dan tidak boleh bersuara, adalah 120 menit yang berasa 120 jam!

Ini ujian CBT hari pertama UKMP2DG
Dan ketegangan saat OSCE keliatan banget dr CCTV. Hayo tebak saya yang mana? hahaha.



Pengumuman ujian kompetensi baru diketahui pada pertengahan bulan Februari atau kurang lebih 2-3 minggu setelah ujian diadakan dan diumumkan secara serempak seluruh Indonesia. Bayangin dong ngga bisa tidurnya nungguin pengumuman. Oh ya, peserta ujian yang tidak lulus harus mengulang ujian pada gelombang berikutnya yaitu tiga bulan yang akan datang, karena ujian kompetensi diadakan setiap tiga bulan sekali. Jadi ngga ada yang namanya remed. Dan itu semakin bikin ngga bisa tidur. Tapiii, alhamdulillah sekali saat hari pengumuman nama saya dinyatakan LULUS.
Setelah pengumuman lulus, saya disibukkan dengan persiapan yudisium dan sumpah profesi. Ah akhirnya, bisa disumpah juga. Setiap kali lihat temen sumpah selalu bertanya di dalam hati, kapan ya aku bisa sumpah juga? Tapi ternyata Allah SWT baik sekali, beliau menjawab semua doa pada waktu yang tepat. Menuju hari sumpah, pusingnyaaa MasyaAllah. Semua persiapan sumpah kita sendiri yang atur dengan waktu yang singkat, ngga sampai satu bulan. Mulai dari booking gedung, katering, dokumentasi, nyiapin kostum, dekor, undangan, souvenir sampai menghubungi pengisi acara. Udah kayak mau nikahan aja. Besok – besok kayaknya bisa bikin EO/WO sendiri deh. Setiap hari bolak – balik ketemu dan ngubungin vendor, memastikan yang mereka siapkan sesuai dengan yang kita inginkan. Di samping itu kita juga masih harus menyelipkan waktu untuk mengurus keperluan yudisium profesi yang hanya berjarak ngga sampai 2 minggu dari hari sumpah dokternya.
Daaaan hari sumpah pun tiba, 7 Maret 2018. Didampingi kedua orangtua dan orang – orang terdekat kami tentunya, kami bisa mengucapkan sumpah profesi dokter gigi. Terharunyaaa luar biasa, sampai meneteskan airmata. Sangat khidmat dan sakral. Bukan main, tujuh tahun lebih berjuang di bidang yang saya pilih ini, melewati segala suka duka terbayar dengan bahagia luar biasa ketika bisa bersumpah untuk mengemban amanah baru di hadapan dosen dan orang – orang tercinta. Moment yang tidak terlupakan seumur hidup!!


Deg degan parah sih ini..

Dan inilah moment moment yang terekam bersama mereka yang saya cintai....
 






And here, I am.

 

This Template Was Found On Elfrida Chania's Blog