Rabu, 29 Maret 2017

Masih tersisa 3 jam lagi..



Beberapa tahun kemarin, setiap tahun, pada tanggal ini Kania selalu sibuk. Sibuk merayakan hari spesial untuk seseorang yang dulu spesial juga. Tapi tidak lagi tahun ini, meskipun beberapa bulan kemarin masih Kania bayangkan betapa sibuknya dia pada hari ini. Mempersiapkan segala sesuatu, kue ulang tahun misalnya.
Kania hari ini memang sibuk. Sibuk kerja. Sibuk kesana kemari menemui klien. Sibuk menggarap laporan. Sibuk chat dengan teman – teman. Sibuk menonton film di laptop. Dan sibuk lainnya yang dia sengajakan agar tidak sadar bahwa hari ini, tanggal 29 belum berakhir. Kania takut tidak tahan untuk tidak mengucapkan sekedar kalimat ‘Selamat Ulang Tahun’. Maka jika tidak ada yang bisa dia lakukan untuk melewati waktu dengan cepat, dia akan memilih untuk tidur saja. Biar ucapan dan doa itu terucap manis di dalam hati. Tak perlu orang lain tahu.
Setahun yang lalu, Kania sibuk membuat kue ulang tahun sendiri dengan peralatan memasak seadanya dan hasil kue yang ala kadarnya. Bolos kerja, sejak pagi Kania berkeliling mencari bahan untuk hiasan kue. Tidak ada perayaan yang begitu istimewa, hanya tiup lilin berdua lalu Albert berangkat kerja.
Dua tahun yang lalu, Kania mengucapkan ‘Selamat Ulang Tahun’ tepat jam 12 malam di depan gerbang rumahnya saat Albert mengantarnya pulang setelah jalan – jalan seharian bersama teman – temannya. Siangnya, mereka melakukan ritual tiup lilin bersama meski bukan dengan lilin ulang tahun, tapi lilin rumah. Kado yang diberikan pun biasa saja, cenderung aneh malah. Jas hujan. Saat itu memang musim hujan, dan Albert selalu kehujanan setiap pergi keluar rumah karena jas hujannya dipinjam teman.
Tiga tahun yang lalu, meski tidak bersama Kania tetap merayakan ulang tahun Albert dengan membeli kue ulang tahun dan meniup lilin sendiri. Saat itu, sama seperti saat ini, Kania bahkan tak tahu bersama siapa Albert merayakan ulang tahunnya.
Empat tahun yang lalu, Kania bersama teman – temannya dan teman kuliah Albert datang ke kos Albert membangunkan dan memberikan kue ulang tahun. Sorenya, dirumah salah satu teman, seperti anak ABG mereka bermain tepung dan berakhir dengan menceburkan diri ke kolam renang di rumah temannya dan pulang dalam keadaan pakainan basah semua.
Lima tahun yang lalu, Kania membelikan cupcakes 3D berjumlah empat buah bergambarkan lelaki, buku dan secangkir kopi. Sebelum berangkat kuliah, Kania menyempatkan untuk mampir ke kontrakan Albert demi membangunkan Albert yang masih tertidur pulas dan memberikan kue ulang tahun. Tidak lupa kado spesial dia siapkan, kumpulan puisi Albert untuk Kania yang dia jadikan sebuah buku.
Enam tahun yang lalu, bersama teman – teman SMA Kania memberikan kejutan ulang tahun di rumah salah satu teman Albert. Meski hanya dengan kue sederhana, tetapi mereka sungguh bahagia bermain tepung, telur dan air di halaman rumah. Tak peduli berapa banyak orang di jalanan yang menoleh heran melihat bagaimana berisiknya mereka berkejar – kejaran dan saling berteriak tertawa.
Tujuh tahun yang lalu, Kania membuat kue ulang tahun bersama teman – temannya di rumah. Kue yang dihiasi dengan beberapa mainan bebek kecil diberikan oleh Kania dan teman – teman SMA nya di alun – alun kota masih dengan menggunakan seragam sekolah. Setelah itu, Albert pun diceburkan ke salah satu kolam air mancur berbau tidak sedap di tengah alun – alun.
Delapan tahun yang lalu, Kania masih malu – malu untuk membeli dan memberikan kue ulang tahun ke Albert. Hanya sebuah jaket hodie berwarna cokelat yang diberikan. Itu pun Kania harus keliling ke beberapa toko dengan sahabatnya untuk mencari kado yang paling bagus untuk Albert.
Ya, kurang lebih delapan tahun sudah Kania selalu menyiapkan sesuatu yang istimewa pada tanggal itu. Kini, tanggal itu masih tetap istimewa. Tapi tidak untuk Kania rayakan bersama lagi. Kania sungguh tahu, kehadirannya tidak lagi dibutuhkan di hari itu. Maka tak ada yang bisa dia lakukan sekarang selain berpura – pura menganggap hari ini seperti hari biasa.
Seorang perempuan kurus tinggi mengguncang tubuh Kania, membangunkan Kania yang tertidur di depan laptop sambil duduk.
“Kania, bangun! Ayo pulang, sudah malam. Pak Anto sudah mau kunci pintu,” teriak Ambar.
Kania bangun dari tidur. Sambil mengusap kedua matanya Kania melirik jam dinding berwarna coklat di tengah ruangan. Jarum pendek mengarah ke angka 9, dan jarum panjang mengarah ke angka 12. Kania dengan buru – buru mematikan laptop dan membereskan barang – barang bawaan.
Dia bergumam dalam hati, “Ternyata masih tersisa tiga jam lagi.”
***

0 komentar:

Posting Komentar

 

This Template Was Found On Elfrida Chania's Blog